Aneh.
Ketika kita punya semua waktu di dunia, ketika jarak tidak lagi jadi masalah, kamu menjadi semakin asing buat saya.
Padahal: Saya bisa memelukmu sewaktu-waktu. Mengecupmu tanpa harus ragu. Dan bukankah ini yang sebenarnya selalu saya nanti-nanti?
Tapi dengan sedih saya harus bilang bahwa hasrat untukmu sudah mati.
Aneh.
Ternyata kehilangan hendak bisa lebih mengiris hati daripada gapaian yang menyentuh ruang kosong.
Di mana saya? Di mana kamu? Gelembung kita saling menjauh.
Soliloquy
Posted by caranita at Thursday, February 01, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
13 comments:
yang dimana hendaknya. atau kemana?
hm. kayaknya dua-duanya. hendaknya sudah enggak ada. rasanya seperti didekati magnet dengan kutub yang sama :(.
ndak apa-apa, nak. itulah hidup. tak semua hal bisa kita format seperti maunya kita -- apalagi maunya orang lain. biarkan sejumlah hal mengalir apa adanya.
salam,
paman
hihihi... tengkyu paman!!!
sini hugs dulu :)
awwwww... tengkyuuu!!! *hugs mita balik*
euh, paman tyo....aku baru mau bilang sm Jeng Ellen:..nggak semua hal harus dianalisis sedalem itu, toh jeng, yang sedang dihadapi itu salah satunya...
jeng moose sayang, emang kok. hidup udah cukup rumit, ngapain nambah mikir yg ndak perlu, hehehe...
i've felt this way many times but yet you've explained it perfectly.
cukup mengiris hati.
danggggg!
hugs for you, dear.
smile and all things will be worthwhile :)
emang lagi sedih? ngerasa kosong? duh!
salam kenal :)
Meltje: hmmm... isn't it a funny feeling? Ayo, ayo, mari kita menyanyi!
"Buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanyaaaaa..."
(Dengan rasa hormat, tanpa mengurangi simpati dan keprihatinan saya pada para korban banjir di Jakarta..)
Miund: Thanks! *hugs back and smiles widely*
Venus: Yaaaa.. namanya juga hidup.. tsahhhh!!! Salam kenal balik!
Post a Comment