Kita Pernah Ketemu di...

Kalau sudah bosan melihat Washington Post atau memelototi situs surat kabar maupun berita Indonesia, saya suka membaca tabloid ringan-ringan berat gratisan yang namanya City Paper. Dibilang ringan-ringan berat, karena isinya beragam, mula dari jadwal berbagai konser, acara klub, pertunjukan teater, pembacaan buku -- sampai dengan artikel mengenai isu tertentu yang ditulis cukup mendalam. Serta, tentu saja, konsultasi seksual dan kontak jodoh.

Tabloid ini tidak hanya diterbitkan di Washington DC, tapi juga di kota-kota lain. Yang jelas saya pernah melihat keluaran Kansas City, Baltimore, dan Pittsburgh. Masing-masing dengan local content, tentunya. Ketebalannya membuat saya kerap bertanya-tanya sendiri berapa tarif yang mereka pasang untuk para pemasang iklan.

Kolom konsultasi seksual yang saya sebut di atas, yang diberi tajuk "The Savage Love", bukan seperti yang mungkin dibayangkan mengacu pada kolom-kolom konsultasi di berbagai media tanah air. Yang mengasuh bukan dokter dengan gelar seksolog atau titel SpOG di belakang namanya, tapi seorang penulis penganjur seksualitas yang bebas dan "bertanggung-jawab". Maaf, ini memang istilah saya sendiri, tapi saya kira sudah cukup mewakili yang bersangkutan, menilik jawaban-jawaban ataupun saran yang diberikannya kepada para penanya. Oya, isu-isu yang dibahas dalam kolom ala Agony Aunt atawa Dari Hati ke Hati ini pun bukan terbatas pada bagaimana meningkatkan gairah istri/suami, ketakutan remaja yang kehilangan keperawanannya, dsb., tapi lebih jauh lagi. Mereka yang suka menyumbangkan cerita untuk 17tahun.com atau Ceritaceritaseru bisa menjadikan ini sumber inspirasi.

Dari sekian banyak yang pernah saya baca, saya ingat ada surat dari seorang mahasiswi yang baru saja diajak pasangan sukarianya untuk ber-threesome (apa ya padanan Bahasa Indonesianya? "Trimitra"? Hehehe...). Dia mengaku tertarik pada kedua pria, namun kuatir bila ia setuju melakukannya, ia bisa berakhir dengan sakit hati. Apa nasihat sang pengasuh kolom? "Kalau kamu masih ragu, jangan. Pasanganmu tampaknya orang yang sopan, terbukti dia minta ijin dulu darimu dan bersedia berdiskusi panjang lebar sebelum kamu bersedia melakukannya. Tapi kalau kamu masih bertanya pada saya, berarti kamu tidak akan siap untuk itu."

Di samping "The Savage Garden", kolom lain yang kerap saya baca, sendiri maupun beramai-ramai, adalah "I Saw You" yang biasanya diletakkan bersama-sama kontak jodoh. Kolom ini semacam iklan mini untuk mencari orang yang pernah atau sering kita temui, untuk diajak berkenalan, kencan, dan seterusnya. Biasanya yang mencari mencantumkan lokasi ia melihat orang yang dicari, beserta ciri-ciri masing-masing (warna rambut, pakaian, benda khusus yang digenggam).

"I saw you Thursday morning at the bus stop on Kennedy. You were so cute trying to act like you didnt notice me admiring. I told you I would bring doughnuts and coffee next time. I came by the next morning but I guess I was too late. I'm kicking myself for not getting your number Thursday morning. I would love to do the doughnut and coffee thing if thats ok with you. You look like a City Paper reader so I hope you see this because your smile has been stuck in my head forever. It must be fate because I don't usually drive to work that early.lol

When: Thursday, September 8, 2005

Where: bus stop on Kennedy

I saw a: Woman

I am a: Man"


Di bawahnya dicantumkan nomor yang bisa dihubungi yang bersangkutan, tentunya bila merasa tertarik juga. (Baik karena memang ingat pertemuan itu, maupun untung-untungan).

Saya kira kolom seperti ini kerap menjadi media yang efektif untuk berkenalan di kota-kota besar yang sibuk. Melihat jumlah halaman yang dihabiskan untuk "I Saw You", saya hampir yakin sebagian besar pembaca City Paper juga gemar menelusuri baris-baris di halaman-halaman tersebut. Mungkin dengan alasan yang sama: siapa tahu ada yang mencari kita. Bagi yang sedang berburu jodoh atau teman kencan biasa, atau untuk iseng belaka. Sungguh, ini menjadi hiburan tersendiri.

Kelarisan kolom tersebut juga mendorong Washington Post membuka kolom serupa, tapi sejauh ini saya lihat sambutannya belum semeriah di City Paper. Bisa jadi karena Washington Post lebih sering diasosiasikan dengan kemapanan dan kematangan. Sementara City Paper barangkali lebih mewakili generasi muda pada umumnya, "the happy-go-round generation" kalau meniru gaya bicara Almarhum Romo Brouwer.

Saya tidak tahu apakah sekarang sudah ada media di Indonesia yang melakukan hal serupa. Mengingat sifat orang kita yang sering masih sungkan, sok malu-malu (kecuali untuk melakukan tindakan kriminal, huh!), mungkin pemuatan kolom seperti ini layak dipertimbangkan.

"Waktu itu kamu baru turun dari becak di depan rumah bercat hijau samping mesjid. Kamu memakai celana jins dan kaus ketat warna hitam. Kamu bertengkar dengan tukang becak mengenai ongkosnya. Kamu menarik kalau marah-marah. Saya kebetulan lewat, dan begitu melihat kamu, saya bersedia dimarahi seumur hidup olehmu, asal kamu bersedia nonton dengan saya di bioskop Karbela.

Tempat : Gang Hj. Akbar
Kamu : Cewek.
Saya : Cowok."


A Belated Warm Welcome



Three days after he arrived, I watched his mom -- one of my closest friends -- feeding him through my webcam. My friend is a pretty woman, indeed, but I could swear I had never seen her more beautiful before.

It was the first time I really got why it is called the maternal glow. She looked so radiant, content, in peace. When she smiled to her infant boy, I couldn't stop smiling too. I was overwhelmed with happiness, I even wanted to cry. I've seen many newborns before, but perhaps if it belongs to those you love, it does give you emotional impacts.

Welcome to the world, Prama Arya Pradana Trisna. It is a cruel place, but your mom and dad will protect you, take care of you, shower you with their love and attention. You need not worry. We love you too and will always pray for you. And we will watch you grow, most probably from afar. But we know that you will be the sustainable source of joy and pleasure for your parents. And for us.



So, what do you think? Who does he look like... mommy or daddy?

Autumn

I always love autumn. Colorful leaves, cool breeze, anticipation to helloween festivities and the Thanksgiving Day.

Children's laughter in the fresh air, fading as they walk away, sounds like calming tunes to every aching heart.

The greyness of wide sky, the blurry sight of flying birds, the ever serene silence.

I wish you were here to share this beauty with me, as I hold onto your waist and feel your arms around my shoulder in a warm and tender, yet protective way. Gosh, I miss you.