Soliloquy

Aneh.

Ketika kita punya semua waktu di dunia, ketika jarak tidak lagi jadi masalah, kamu menjadi semakin asing buat saya.

Padahal: Saya bisa memelukmu sewaktu-waktu. Mengecupmu tanpa harus ragu. Dan bukankah ini yang sebenarnya selalu saya nanti-nanti?

Tapi dengan sedih saya harus bilang bahwa hasrat untukmu sudah mati.

Aneh.

Ternyata kehilangan hendak bisa lebih mengiris hati daripada gapaian yang menyentuh ruang kosong.

Di mana saya? Di mana kamu? Gelembung kita saling menjauh.

13 comments:

Anonymous said...

yang dimana hendaknya. atau kemana?

Anonymous said...

hm. kayaknya dua-duanya. hendaknya sudah enggak ada. rasanya seperti didekati magnet dengan kutub yang sama :(.

Anonymous said...

ndak apa-apa, nak. itulah hidup. tak semua hal bisa kita format seperti maunya kita -- apalagi maunya orang lain. biarkan sejumlah hal mengalir apa adanya.

salam,
paman

Anonymous said...

hihihi... tengkyu paman!!!

Anonymous said...

sini hugs dulu :)

Anonymous said...

awwwww... tengkyuuu!!! *hugs mita balik*

Anonymous said...

euh, paman tyo....aku baru mau bilang sm Jeng Ellen:..nggak semua hal harus dianalisis sedalem itu, toh jeng, yang sedang dihadapi itu salah satunya...

Anonymous said...

jeng moose sayang, emang kok. hidup udah cukup rumit, ngapain nambah mikir yg ndak perlu, hehehe...

L A Cammaro said...

i've felt this way many times but yet you've explained it perfectly.
cukup mengiris hati.

danggggg!

Anonymous said...

hugs for you, dear.

smile and all things will be worthwhile :)

Anonymous said...

emang lagi sedih? ngerasa kosong? duh!

salam kenal :)

Anonymous said...

Meltje: hmmm... isn't it a funny feeling? Ayo, ayo, mari kita menyanyi!

"Buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanyaaaaa..."

(Dengan rasa hormat, tanpa mengurangi simpati dan keprihatinan saya pada para korban banjir di Jakarta..)

Anonymous said...

Miund: Thanks! *hugs back and smiles widely*

Venus: Yaaaa.. namanya juga hidup.. tsahhhh!!! Salam kenal balik!