Potongan percakapan siang hari antara seorang perempuan dan seorang laki-laki.
“Eh aku mau crita, sibuk ga? Lagi bisa trima tilpun ga?”
“Iya iya bisa, crita ajaa…”
“Serius gpp niii, soalnya mau crita ga penting ni, gpp trima tilpun?”
“Iyaa gpp, ada apa?”
“Hmmph… iya ini si, aku cuma mau crita aja, eh tapi ini ga penting lho.., kamu gpp???"
“Iyaaaaaaaaaa... Ga pa paaaaaaaa....”
"Iya gini…Lately I've been thinking about what I want to do in life…”
“Trus…”
“Trus I feel this is not what I want to do in life… I mean like yesterday, si jurnalis CNN itu aja bilang it took him almost a year to realize what I want in life… so how about it is [sic] happened to me now.. maybe it also took me years to realize what I want to do in life…”
“Jadi kamu mau...???”
“Aku mau coba sesuatu… you know all my friends said that I am [sic] not belong here, they encourage me to try something like tv industry, PR…”
“Kamu mau apa?”
“Aku mau jadi penulissssss…. Aku mau punya kolom sendiri di majalah, aku mau bisa nulis sesuatu tentang apapun, dari sudut pandang aku.”
“So… go for it.”
“Iyaaaa, tapi gimana… ga tau caranyaaa…”
“Yah, kalau kamu mau bisa, tapi aku ga yakin..”
“Ga yakin kenapa? Emang menurut kamu aku cocoknya jadi apa???”
“Ya kamu maunya jadi apa? I will support you…”
“Yah menurut kamu aku cocok jadi apaaa??? Kan kamu tau aku seperti apaaaaaa!!” *mulai histeris*
“Yah ga tau yah, dari pertama aku kenal kamu kan kamu sudah jadi seperti sekarang, dan aku rasa sebenarnya kamu cocok kok sama kerjaan kamu, lagipula kan kamu yang bilang sendiri, kamu sudah punya rencana ini itu, kalau kamu pindah sekarang, mungkin segala rencana kamu ga akan tercapai… Maksud aku dengan kerjaan kamu yang sekarang itu kan cukup bagus dilihat dari segi materi…”
“Kan ga ada hubungannya sama materiii..”
“Yah, kan kamu yang mengukur sesuatu dengan materi… nanti gimana kalau kamu ga bisa beli ini itu?”
“Yah kan kadang-kadang hidup itu ga selalu harus dinilai dari materi… I just don’t want to end up old and never get the chances to do what I really want to do in life… you know, I want to do something… I am afraid when someday I realize it, then I am already old and never get the chances…”
“Yah gini aja yah, apapun yang mau kamu lakuin, aku selalu dukung kamu kok, kalau aku bisa, aku buka jalannya buat kamu.”
“Iya… buka jalan maksudnya gimana? Kamu bisa bantuin aku apaaa???”
“Ya iya, nanti kita omongin lagi aja yah kalo ketemu...” *sudah mulai merasa terteror jiwa dan raga*
“Hmmph…”
“Pokoknya I will support you, I will always be on your back kok.”
Laki-laki yang penyabar memang suka bikin perempuan asertif tidak sabar. Dan kalimat yang ditebalkan dan dibesarkan ukurannya memang escape clause andalan untuk mencegah bahaya diskusi berkepanjangan, yang ujung-ujungnya dapat membuat laki-laki penyabar merasa tersudutkan dan tak berdaya. Tapi terkadang perempuan asertif sudah mencium gelagat tersebut, dan dengan lihainya meneruskan percakapan.
Omong-omong, perempuan asertif ini bukan saya. Kebetulan perempuan asertif dan saya... er.. Berbagi Mantan Pacar. Laki-laki penyabar adalah, ehm, Mantan Pacar. Penggalan dialog di atas -- yang berasal dari blog perempuan asertif -- dimuat di blog ini dengan seijin yang bersangkutan. Omong-omong lagi, saya juga bukan orang yang terlalu sabar, sehingga laki-laki penyabar pasti merasa mengalami deja vu ketika bersama saya, hehehhee... Salahnya sendiri, selalu terjebak pada perempuan bertipe sama :).
O iya, sekalian saya ingin mengucapkan:
K, welcome back!
1 comments:
Aje gile lelaki asertif.
Berbagi mantan...bisa jadi film baru nih..asal kaga di pulangin ajah piala citranya.
gile yeh kok gue nangkepnya bukan lelaki penyabar...lebih mirip lelaki metrosexual..kalau kaga mau di bilang clueless.
Post a Comment