Walaupun masih dua minggu menjelang hari Natal, saya rasa tidak ada salahnya menyampaikan ucapan "selamat menyongsong Natal" kepada teman-teman yang merayakannya (termasuk pada diri saya sendiri, hehehe...). Soalnya mungkin saja justru waktu Natal saya tidak akan sempat menuliskan apa-apa di blog ini, karena waktu dan pikiran tersita pada hal-hal lain.
Ada satu lagu Natal yang tidak terlalu populer, tapi selalu saya sukai. Saya dengar pertama kali dari pita milik orang tua, dengan kotak kaset yang bagian belakangnya masih berwarna hitam. (Kebayang kan jadulnya???). Sampai Natal 2003, kaset itu masih sering kami putar, walau usianya lebih tua dari keponakan saya yang terbesar, yang sudah diwisuda tahun lalu. Selain melodinya, ada sebagian syairnya yang menjadi favorit saya,
... For the real meaning of Christmas
Is the giving of love everywhere...
Mustinya ditambah lagi dengan "everytime", "for everyone", untuk menyempurnakan arti Natal.
Pada waktu Natal, ucapan yang kerap terdengar di mana-mana, dalam berbagai khotbah pendeta, pastur, patriarkh, adalah: "damai di bumi." Karena terlalu sering, ucapan itu jadi seperti berita kriminal: mendebarkan, tapi tidak membekas, dan cepat terlupakan, kecuali kalau kita sendiri yang menjadi korban kejahatan. Anak-anak kecil yang berperan sebagai malaikat pun mungkin hanya ingat kalimat itu setahun sekali, menjelang pertunjukan drama Natal.
Padahal dalam situasi sekarang kalimat itu harusnya sangat relevan. Perang terbuka. "Either you are with us, or you are against us." Keyakinan bahwa pembunuhan terang-terangan merupakan pernyataan dan kewajiban religius. Columbine. Ketakutan yang terus, dan sengaja, dipupuk.
Seandainya -- seperti di film-film sci-fi -- makhluk luar bumi memang bermaksud menaklukkan planet ini, mereka tidak butuh senjata canggih. Tunggu saja beberapa tahun lagi (mungkin bagi mereka beberapa tahun sama dengan beberapa hari, atau jam!), pastikan bahwa semua usaha meredakan perselisihan gagal, manusia akan musnah sendiri. Tapi terus terang, saya pribadi meragukan apa mereka masih menginginkan bumi yang praktis sudah habis terjarah, hehehehe...
Wah, saya makin ngawur. Yo wis, pokoke: Selamat Menyongsong Natal. Damai di bumi deh!
Selamat Menyongsong Natal
Posted by caranita at Tuesday, December 14, 2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment