Tiga Belas

Entah kenapa, angka 13 bisa betul-betul menunjukkan kesialan buat republik tersayang. Sembilan tahun lalu, tanggal 13 bulan ini, terjadi salah satu tragedi terlaknat dalam sejarahnya. Sembilan tahun berlalu, masih belum ada jawaban siapa pelaku utamanya (walau calon-calon tersangkanya sudah menjadi pembahasan umum). Apalagi hukuman.

Ironis, waktu belahan dunia yang saya tempati sekarang merayakan Hari Ibu, sekian ratus calon ibu kita kehilangan kehormatan mereka. Ah, saya salah. Tepatnya: kehilangan kemanusiaan mereka. Karena mereka tetap terhormat.

Capek saya jadi keparat. Dengan berjuta pertanyaan memalu-malu benak. Dan tanggapan mengambang yang kadang disampaikan melambat menghindar. Karena saya juga tidak tahu jawabannya, dan tidak bisa mengerti kenapa.

Bukan keadilan buta. Bukan pembalasan dendam. Tapi menyelesaikan satu halaman secara tuntas sebelum membuka lembar berikutnya. Supaya buku bisa ditutup dengan keikhlasan.

10 comments:

Dodol Surodol said...

Nggak berasa ya, udah 9 taon. Yah, gitu deh, berharap yang terbaik aja. Apapun itu.

Anonymous said...

It's just a matter of time, jeng. saya selalu percaya pada hukum kehidupan : segala kebusukan yang disimpan serapi apapun eventually akan terbongkar. Kejahatan akan dikalahkan oleh kebaikan.

Anonymous said...

Rejim boleh berganti. Habibie, Megawati, Gus Dur, hingga Yudhoyono, semuanya punya semangat yang sama terhadap Tragedi Mei 98, yaitu berusaha melupakan atau setidaknya pura-pura lupa! Selengkapnya ada di: http://ariaristides.wordpress.com/2007/05/11/beranikah-kita-sediakan-ruang-itu/

Anonymous said...

gak akan terungkap... selama org yg berada di belakang pelaku masih berkuasa...

Avie said...

Saya capek jadi keparat?
Dalem nih..

Anonymous said...

Dodol Surodol: Emang. Tapi apa iya berharap aja cukup?

Jeng Atirana: Setuju jeng, walau kadang2 rada skeptis.

Ari: Mungkin mereka semuanya memandang TERLALU jauh ke depan, hehehhee...

Bridge: Hehehehe... dan kekuasaan itu gak mesti kekuasaan legal-formal kan? Yang gak kasat mata justru perlu lebih diwaspadai loh...

Avie: Iya. Tapi segala sesuatu kan emang ada trade off-nya. Capek, walau dapat banyak kesempatan.

Dodol Surodol said...

Secara pribadi, gua cuma bisa berharap akan yang terbaik. Karena gua sendiri nggak tau apa yang terbaik itu.

Tanpa bermaksud mewakili dan mengecilkan penderitaan para korban: mungkin sebagian dari mereka telah memilih "melupakan" sebagai cara mereka menutup lembar itu dengan keikhlasan?

Anonymous said...

memang kadang akan lebih mudah untuk melupakan...kalau gue adalah salah satu keluarga korban..setelah 9 tahun gue malah pengen berusaha lupa.
9 years yearning for a conclusion of this story...wedew life must goes on...mendingan gue mengingat bahwa keluarga gue itu adalah pahlawan untuk Indonesia yang mati untuk tujuan mulia (walau ditembak sama sesama bangsanya).
at least kita tau bahwa hal2 seperti ini tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah yang ini..
jadi nanti kampanye pilih yang mau janji selesaikan kasus ini (gile gue yakin banget bahwa SBY kaga mampu)....

Anonymous said...

Dodol Surodol: itu dia susahnya. di satu pihak, buat mereka melupakan cara yang paling mudah untuk mengatasi rasa sakit mereka. tapi di pihak lain, mereka juga membutuhkan keadilan, yg justru perlu memerlukan ingatan mereka. gimana yah?

Sondi: Saran elo gimana Son?

Anonymous said...

WOW saran...

Can we just blindly go where no man has gone before ??

I mean...tanpa tedeng aling2 panggil semua saksi,tersangka dan jaksa2 yang masih punya nurani.
Dudukan dalam satu ruangan dan mulai satu persatu di mulai prosesnya...like a marathon trial dan di tayangkan live di seluruh stasiun TV swasta...

can we do that ? i mean we do not have to go round and around the circle right...just point your finger at the guy who doing the shot (they know who did it don't they ?) and just point all the superior in charge of his action...put it into trial...give them a chance to defend themself...get on with it and put them all behind bars ??

can we just do that simple things ?

just forget all the birocracy and get on with it ?? for once ....for people sake ?