Bukan Pekerjaan Semusim

Sudah beberapa lama ini saya agak rajin mengisi bulletin board Friendster, terutama kalau ada yang menurut saya menarik -- sesuai dengan suasana hati saya. Yang jelas saya tidak suka rangkaian pertanyaan konyol (menurut saya tentunya), yang biasanya dimulai dengan: Sekarang lagi ngapain? Aaarggghhh!!! Kalau ketemu bulletin seperti itu, langsung saja saya tinggalkan.

Dari sekian sedikit bulletin yang ikut saya pasang, ada satu pertanyaan yang sampai sekarang masih berkesan untuk saya:

Lagu apa yang membuatmu sedih?

Saya menulis jawaban saya untuk pertanyaan tersebut: "Wake Me Up When September Ends"-nya Green Day.

Hari-hari menjelang berakhirnya hubungan saya dengan seorang pria tertentu, Wake Me Up When September Ends menjadi lagu pribadi saya. Ketika berbagai pertanyaan yang tak terjawab menyelimuti menit demi menit yang saya lalui (sebenarnya sih sekarang jawabannya juga belum ada, tapi tidak berdampak lagi, hehehe..-red.) lagu Green Day ini mendramatisir situasi yang saya hadapi, seperti sariawan bekas gigitan yang tergigit lagi.

Selewat beberapa bulan masa penyesuaian status baru yang cukup melelahkan, pertemanan saya dengan pria itu memulih. Dalam artian: saya bisa berkarib dengannya tanpa menaruh berbagai harapan yang tak perlu, dan karenanya dapat menghindari gejolak emosi yang tidak penting pula.

Namun tiap kali saya mendengar Wake Me Up When September Ends, gurat kelabu masih membayangi batin saya.

Saya teringat cerita seorang teman bertahun-tahun lalu, mengenai pertengkarannya dengan sahabatnya karena sang sahabat menolak bekerja sama dengannya dalam suatu skenario yang terkait dengan pacar teman saya saat itu.

Kata teman saya, "Saya tidak ingat lagi persisnya apa yang menjadi inti kemarahan saya saat itu. Tapi saya bisa ingat sakit hati yang timbul karena sikap teman saya. Saya masih bisa merasakan sakit hati saya."

Orang boleh mengucapkan semboyan: memaafkan tapi tidak melupakan. Namun memaafkan sebenarnya berarti melupakan. Melupakan semua rasa sakit, kekecewaan, kepedihan yang diakibatkan oleh orang lain. Memaafkan tapi tidak melupakan? Bohong.

7 comments:

budibadabadu said...

suka Green Day jaman dulu yg entah apa judulnya. liriknya yg lebih aku inget, kena banget waktu itu: ...is it salvation, or an escape from discontent?

Sontoloyo said...

kaga suka sama green day.

tapi lagu wake me up itu memang hellow mellow yah.

Dulu ada orang yang pernah bilang sama gue "Kalau elo dengan sebuah lagu,dan lagu itu mengingatkan elo sama dia..berarti sebenernya elo sudah melupakan dia,bagaimana elo bisa ter ingat bila elo belum lupa ?"

Memaafkan dan melupakan merupakan dua hal yang berbeda..tapi apakah benar kita bisa benar2 melupakan apa yang sudah tertulis di otak kita ? kecuali kita dikasih Shock Therapy biar sebagian sinapsis penyimpan data itu putus atau hangus.

Anonymous said...

iya memaafkan adalah melupakan. seperti perumpamaan jika ada seseorang menyakitkan hati hendaklah kamu mengampuninya sampai dgn 70 x 7? *bener ga ya wink*

KeBooo said...

memaafkan tapi tidak melupakan? aga aneh sepertinya terdengar di telinga saya.. kalau kamu sudah memaafkan seseorang *tentunya dengan ikhlas* pasti km juga sudah melupakan semua kesalahan yg di lakukan oleh org itu.. ^^

Anonymous said...

mema!afkan , tanpa melupakan peristiwa itu .yah , spt bekas luka yg tetep nongol,tanpa memunculkan rasa sakit atau bahkAN tdk merasa kan apa2.

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.