Kangen

Dewa banget ya?

Atau Obbie Mesakh banget?

Yang jelas, di tengah-tengah beratus-ratus dering telepon di ruangan saya, yang isinya mulai dari pernyataan simpati atas kemalangan saudara-saudara kita di Aceh sampai dengan memaki-maki kantor saya dan para karyawannya (sudah tentu termasuk saya dong!), tahu-tahu saya kangen dengan kota kumuh berdebu yang dua bulan lalu saya tinggalkan.

Mungkin bukan semata-mata kotanya. Tapi teman-teman, perasaan berada di rumah sendiri (walaupun yang benar-benar rumah saya ya yang saya tempati sekarang), dan hal-hal kecil lain yang mengikat batin saya, membuat saya kadang-kadang miris. Padahal kalau dipikir-pikir:

di sini sejuk, di sana panas
di sini berudara bersih, di sana berdebu
di sini tidak ada nyamuk-kecoak-tikus-dan-binatang-lain-yang-saya-benci, di sana jangan ditanya
di sini orang-orang yang saya temui di jalan selalu bersikap ramah-penolong-sabar, di sana saya harus selalu hati-hati dan siap menerima cacian serta suara klakson
di sini saya punya teman-teman, sama dengan di sana

Biar saja. Tidak perlu alasan logis kok, untuk merindukan daerah berpolusi yang menyesakkan. Lagipula:

di sana ada indomie goreng, martabak, nasi uduk, nasi goreng tektek, dan penjual VCD/DVD bajakan

di sini kan enggak ada!!!

1 comments:

Adi Wahyu Personal Journey said...

pernah ngalamin juga :D
tapi itu masa lalu....