Remah-remah Inagurasi Bush

Biarpun sudah lewat seminggu, ada sedikit remah-remah cerita inagurasi Bush yang ingin saya catat di sini. Lepas dari berbagai caci maki yang dilemparkan kepadanya, demam pelantikan Bush tetap melanda Amerika. Beberapa hari sebelum tanggal 20, koran-koran besar memuat berita persiapan inagurasi, mulai dari polemik penanggung biaya sekuritas (federal dan DC saling lempar tanggung jawab) sampai pakaian yang akan dipakai Laura Bush. Juga ada berita mengenai anak anjing yang baru dihadiahkan Bush Jr. untuk ultah sang ibu negara.

Upacaranya sendiri boleh dibandingkan dengan penobatan raja, mulai dari kebaktian kecil di gereja pagi-pagi, pengambilan sumpah, dilanjutkan dengan penggelaran berbagai pertunjukan, dan -- pastinya -- pidato habis-habisan. Karena berlangsung berjam-jam, tidak heran kenang-kenangan untuk para undangan berupa selimut. Hari itu suhu udara berada di kisaran 20-30 derajat fahrenheit, alias minus pada ukuran celcius. Untung salju belum turun.

Kantor-kantor pemerintah di DC, termasuk kedutaan-kedutaan besar, diliburkan. (Swasta boleh memilih: kerja terus atau libur). Karena banyak jalan yang ditutup, Metro subway jadi moda transportasi pilihan. Ini jadi pemandangan menarik, karena commuter biasa seperti saya bercampur dengan orang-orang berpakaian pesta resmi untuk acara dansa malamnya, serta ratusan pemrotes yang membawa bermacam atribut. DC mendadak ramai siang DAN malam hari. Di beberapa tempat, disediakan kursi-kursi sepanjang trotoar bagi mereka yang ingin menyaksikan arak-arakan rombongan Bush. Saya sih memilih menonton di rumah.

Malam harinya, seperti saya sebut tadi, ada pesta-pesta dansa yang diselenggarakan di beberapa tempat. Presiden Bush dan Laura Bush berkeliling dari satu lokasi pesta ke lokasi pesta lain. Kayak kampanye. Lebih hebat dari penobatan raja di jaman modern ini. Saya tidak tahu apakah inagurasi sebelumnya juga semeriah ini. Saya pikir yang bisa "menandingi"nya mungkin pernikahan Lady Diana dan Pangeran Charles, yang memang menyedot perhatian dunia sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Untung (atau tepatnya: buntung, karena mengawali ketidakbahagiaan seorang wanita bertahun-tahun) waktu itu tidak ada kumpulan demonstran yang menentang pernikahan kedua bangsawan.

Pidato Bush juga mengundang perhatian dan respon, khususnya mengenai rencana mengekspor prinsip kebebasan Amerika ke negara-negara lain. Di tengah-tengah berbagai pro dan kontra ini, yang menggelitik adalah catatan beberapa televisi dan radio bahwa Bush terhitung menyebutkan kata "freedom" 27 kali dan "liberty" 15 kali. Bahkan ada yang membuat rap dadakan soal itu. (Hm, seharusnya Miss Jones memilih inagurasi sebagai bahan lawakannya yang kerap tidak lucu).

A Soldier and a cat: demonstration of compassion amid the tempest of hatred?



No more shall the war-cry sever,
Or the winding rivers be red;
They banish our anger forever
When they laurel the graves of our dead!
Under the sod and the dew,
Waiting the Judgment Day:
Love and tears for the Blue,
Tears and love for the Gray.


Francis Miles Finch, "The Blue and the Gray", stanza 7


Kangen

Dewa banget ya?

Atau Obbie Mesakh banget?

Yang jelas, di tengah-tengah beratus-ratus dering telepon di ruangan saya, yang isinya mulai dari pernyataan simpati atas kemalangan saudara-saudara kita di Aceh sampai dengan memaki-maki kantor saya dan para karyawannya (sudah tentu termasuk saya dong!), tahu-tahu saya kangen dengan kota kumuh berdebu yang dua bulan lalu saya tinggalkan.

Mungkin bukan semata-mata kotanya. Tapi teman-teman, perasaan berada di rumah sendiri (walaupun yang benar-benar rumah saya ya yang saya tempati sekarang), dan hal-hal kecil lain yang mengikat batin saya, membuat saya kadang-kadang miris. Padahal kalau dipikir-pikir:

di sini sejuk, di sana panas
di sini berudara bersih, di sana berdebu
di sini tidak ada nyamuk-kecoak-tikus-dan-binatang-lain-yang-saya-benci, di sana jangan ditanya
di sini orang-orang yang saya temui di jalan selalu bersikap ramah-penolong-sabar, di sana saya harus selalu hati-hati dan siap menerima cacian serta suara klakson
di sini saya punya teman-teman, sama dengan di sana

Biar saja. Tidak perlu alasan logis kok, untuk merindukan daerah berpolusi yang menyesakkan. Lagipula:

di sana ada indomie goreng, martabak, nasi uduk, nasi goreng tektek, dan penjual VCD/DVD bajakan

di sini kan enggak ada!!!