Kucing Tabung

Maksud saya kira-kira semacam bayi tabung, walau tepatnya sih klon kucing. Berita yang sedang marak hari ini, di samping persiapan Natal yang gila-gilaan, adalah seekor anak kucing hasil kloning berumur 9 minggu yang diberi nama Little Nicky, mengikuti nama "induk"-nya Nicky. Little Nicky diserahkan kepada Julie, seorang wanita asal Texas, yang membayar USD 50 ribu untuk biaya "pembuatan"-nya. Julie memang pemilik Nicky yang asli, yang mati waktu berumur 17 tahun, dan rupanya wanita itu sukar mengatasi rasa kehilangannya.

Coba lihat Little Nicky. Isn't she cute?



Menurut saya sih, lebih cantik Little Nicky dari induknya. (Di mana-mana memang kucing kecil lebih lucu dari kucing dewasa).



Hm, uang mungkin bisa membeli dan menghidupkan kenangan. Namun prospek mengkloning mahkluk dari sel epitel almarhum binatang peliharaan kita buat saya agak menggetarkan. Saya teringat fiksi-horror "Pet Sematary", dan saya kira kesedihan yang mendalam memang bisa mendorong orang tua (atau dalam kasus ini, pemilik) melakukan apa saja untuk memperoleh kembali anak (dan peliharaan) kesayangannya.

Ilmu pengetahuan barangkali dapat membawa kembali sosok fisik hewan, atau satu saat kelak -- bila Tuhan mengijinkan - manusia, yang kita inginkan. Tapi saya tidak tahu apakah dengan demikian kita dapat memperoleh kebahagiaan lagi. Katakanlah dalam 10-20 tahun mendatang kita boleh dan bisa melakukan proses kloning manusia, mungkin anak kita. Siapa dapat menjamin bahwa hasil kloning itu dapat memberikan kesenangan pada kita, setara dengan yang dapat dari sosok aslinya?

Prospek yang lebih menyeramkan buat saya adalah kemungkinan kita men-Tuhankan diri sendiri. Bukan saya sok religius. Saya membayangkan bahwa kalau kita, manusia, sudah berhasil mengklon manusia, kita akan kurang menghargai nyawa sesama kita. Dan itu membuat kita sama sakitnya dengan para pembunuh berantai.

0 comments: