PPM

Di kantor saya ada Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, biasa disingkat PPM. Menangani isu-isu WTO, UNIDO, UNCTAD, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan skema perdagangan dan kerjasama perindustrian internasional. (Yaaaa... siapa tau ada blogger atau orang iseng yang mampir di sini yang perlu tau?)

Tapi di samping PPM resmi, ada juga PPM lain yang sifatnya informal, tak berstruktur, dan anggotanya bisa tidak saling kenal. Mungkin juga anggotanya tidak sadar kalau dia bagian kelompok itu.

Perkumpulan Penggemar Marty.

Anggota PPM sebenarnya tidak terbatas di instansi saya saja. Seorang teman yang bekerja di CSIS bercerita, para perempuan (termasuk peneliti) di sana langsung histeris dan sibuk berdandan kalau Marty kebetulan berada tempat itu untuk seminar atau hal-hal lain. Kalau Marty sedang menggelar konperensi pers, para wartawati adalah yang paling awal mengerumuninya.

Perilaku anggota PPM cukup menarik perhatian saya. Apalagi seorang kawan dekat juga tergolong PPM. Fotonya bersama Marty menjadi latar monitor komputernya. Cetakan foto yang sama menghias meja di samping tempat tidurnya. (Kalau saja foto itu tidak terlalu besar, saya rasa dia akan menentengnya ke mana-mana).

Walaupun bukan PPM, saya cukup mengagumi bapak itu. Dia tidak ganteng, tapi cukup enak dilihat. Dia brilian dan tidak merasa perlu memamerkan kecanggihan otaknya. "Rendah hati" adalah nama tengahnya. Tapi yang bisa saya garisbawahi adalah perhatiannya yang besar pada teman-teman kerjanya, termasuk para bawahannya. Sekali waktu saya sedikit terkejut saat dia memanggil saya dengan nama kecil saya, padahal saya tidak bekerja dengan dia. Ketika ayah seorang teman saya, anak buahnya, meninggal dunia, Marty membatalkan semua janji pertemuan dan acara lainnya hari itu untuk pergi melayat ke Bogor. Tindakan yang tidak biasa untuk seorang eselon I di Indonesia.

Saya berharap satu saat bisa selengkap dia.



0 comments: